Gas
Rumah Kaca (GRK) merupakan gas-gas atau zat-zat di atmosfer, terbentuk secara alami
maupun dari kegiatan manusia, yang dapat menyerap dan memancarkan kembali
radiasi infra merah hasil pantulan sinar matahari oleh bumi menuju ruang
angkasa. Sinar infra merah yang terserap oleh GRK yg berada pada atmosfir
terdekat dengan bumi menimbulkan efek panas yg dikenal dengan “Efek Rumah Kaca”
(Martono, 2012)
Berdasarkan
United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCC) dan Kyoto Protocol
terdapat Gas Rumah Kaca utama yang
menjadi pusat perhatian yaitu sebagai berikut:
1. 1. Karbon Dioksida (CO2)
Secara
alamiah CO2 paling banyak dihasilkan melalui proses respirasi yang terjadi
permukaan bumi dan laut oleh organisme aerob yang terkontrol dalam siklus
karbon. Kehadiran umat manusia mempengaruhi silklus yang telah berlangsung
terutama terhadap peningkatan jumlah
karbon dioksda di udara. Pembakaran bahan bakar fosil, penggundulan hutan, perluasan wilayah pertanian, serta pembangkit
listrik merupakan sumbangsih manusia
dalam meningkatkan jumlah karbon dioksida di udara. Berikut merupakan aktivitas
manusia sumber emisi gas CO2:
Karbon dioksida sendiri memiliki karakteristik berdasarkan sifat fisik dan kimia sebagai berikut:
Berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 rentang konsentrasi alamiah karbon
dioksida diatur dalam batas baku mutu yang berlaku yaitu:
Sumber : PP No. 41 Thn. 1999
2. 2. Metana (CH4)
Metana
dihasilkan dari sumber alamiah maupun aktivitas manusia. Kegiatan manusia yang
berkontribusi dalam menimbulkan gas metana adalah produksi bahan bakar fosil,
peternakan, budidaya padi, pembakaran biomassa, dan pengelolaan limbah. Lebih
dari 50 persen emisi gas metana dihasilkan oleh aktivitas manusia (EPA, 2011).
Metana
adalah gabungan kimia antara unsur formula molekul CH4. Secara
almani metana dihasilkan ketika jenis-jenis mikroorganisme tertentu menguraikan
bahan organik pada kondisi tanpa udara (anaerob). Gas ini juga dihasilkan
secara alami pada saat pembusukan biomassa di rawa-rawa sehingga disebut juga
gas rawa. Metana mudah terbakar, dan menghasilkan karbon dioksida sebagai hasil
sampingan
Gas CH4 memiliki waktu tinggal 8-10 tahun dan dapat
juga mempengaruhi proses reaksi kimia di atmosfer yang melibatkan metan
oksidasi sebagai pengendali reaksi. Metana meningkat secara cepat dalam dua
abad ini dan menduduki peringkat kedua setelah CO2 sebagai GRK yang menyebabkan
pemanasan global. Kadar methana (CH4) global saat ini telah mencapai
konsentrasi 1780 ppbv, lebih tinggi dua kali dibandingkan kadarnya pada masa
sebelum industri sebesar 800 ppbv (Suryadi, 2012).
Laju peningkatan kandungan CH4 relatif lambat dari
sekitar 15 ppbv per tahun pada tahun 1980-an hingga mendekati nol pada 1999.
Semenjak 1990, rataan tahunan peningkatan CH4 di atmosfer bervariasi antara
kurang dari nol hingga 15 ppbv.
3. 3. Nitrogen Oksida (N2O)
Nitrogen
Oksida memiliki sumber alami serta sumber akibat aktivitas manusia. Kegiatan
manusia yang berkaitan dengan produksi gas nitrogen oksida adalah pengelolaan
tanah pertanian dan industri, produksi asam adipat dan nitra, pembakaran bahan
bakar fosil dan limbah padat (IPCC,2007). Secara alami dihasilkan oleh sumber
biologi dalam tanah dan air terutam mikroba.
N2O merupakan GRK yang memiliki umur sangat panjang
sekitar 150 tahun. Selain itu N2O berpotensi menimbulkan pemanasan global
sebesar 298 kali dibandingkan CO2. Oleh karena itu sekecil apapun konsentrasi
N2O, dapat meningkatkan konsentrasi GRK di atmosfer dengan laju peningkatan
sebesar 0,2% per tahun.
Saat ini, konsentrasi N2O diatmosfer berkisar pada
317 ppbv, yang meningkat dari 200 ppbv pada tahun 2001. Kebanyakan dari
peningkatan ini terjadi selama 50 tahun terakhir dengan pola peningkatan yang
linier sebesar 0.7 ppbv per tahun. Peningkatan antara 0.2-0.3 % pada konsentasi
atmosfer akan berkontribusi sebesar 5 % terhadap pemanasan akibat gas rumah
kaca (Yunindanova, 2011).
4. 4. Gas Flor
a. Hidroflorokarbon
(HFC)
Hidroflorokarbon
digunakan sebgai pendingin, aerosol, dan bahan pembakar. Terutama pada campuran
pendingin pada AC kendaraan dan bangunan. Bahan ini merupakan bahan pengganti
klorolorokarbon (CFC) karena relatif lebih ramah lingkungan dengan tidak merusak
lapisan ozon.
b. Perflorokarbon
(PFC)
Perflorokarbon
digunakan sebagai bahan campuran dalam proses produksi berbagai macam industri
yang berhubungan dengan produksi alumunium dan semi konduktor. Terkadang juga
digunakan dalam sektor elektronik serta industri kosmetik dan farmasi.
c. Sulfur
heksaflorida (SF6)
Sulfur
heksaflorida digunakan dalam proses menghasilkan magnesium yang digunakan untuk
mendeteksi kebocoran. Digunakan juga dalam peralatan transmisi dalam
barang-barang elektronik.
SF6
yang murni tidak berwarna, tidak berbau, tidak beracun dan tidak mudah
tercampur. Berat jenis SF6 pada temperatur 20 0C dan pada
tekanan 760 mmHg adalah 6,135 kg/m3 . Jika dibandingkan dengan berat
jenis udara adalah lima kalinya. Gas ini akan mencair pada temperatur yang
rendah, temperatur pencairan bergantung pada tekanan yang diberikan. Pada
temperatur 10 0C dan tekanan 15 atm, gas akan mencair. Jika tekanan
gas ini tinggi, temperatur pencairan tinggi.
Di dalam sebuah molekul SF6, atom
sulfurnya terdapat pada daerah valensi tertinggi dari daerah valensi
molekulnya. Sedangkan keenam ikatan molekulnya ialah kovalen, yang mana ini
merupakan kelebihan dari molekul ini yang stabil. Susunan molekul dari SF6
merupakan bidang delapan yang pada keenam sudutnya ditempati atom fluoride. SF6
adalah gas yang tidak mempunyai sifat kimia yang aktif sampai di atas 150 0C
dan tidak akan merusak logam, plastik dan bahan lain yang biasa digunakan pada
komponen pemutus tenaga.
DAFTAR PUSTAKA
- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
- Anggraini, Wachdiyah. 2012. Perhitungan Gas Rumah Kaca dari Ruang Lingkup Dua (Studi Kasus di Universitas Indonesia Depok). Depok: Universitas Indonesia
- Martono. 2012. Fenomena Gas Rumah Kaca. dalam majalah Forum Teknologi Vol. 05 No.2
- Yunindanova, Mercy Bientri. 2011. Tingkat Emisi CH4 dan N2O serta Produktivitas Tanaman Jarak Pagar pada Tiga Sumber Pupuk Nitrogen. Bogor: Institut Pertanian Bogor
- Suryadi, Andi. 2012. Fluks Gas Metana dan Dinitrogen Oksida pada Lahan Jagung, Kacang Tanah dan Singkong di Kecamatan Ranca Bungur, Bogor. Bogor: Institut Pertanian Bogor
- EPA. 2011. Methane Sources.
- IPCC. 2007. Synthesis Report 2007 Mitigation of Climate Change. Intergovernmental Panel on Climate Change. Cambridge
0 Comments:
Posting Komentar